09 March 2015

Tahun 2014: Tidak Ada Kelemahan yang Tuhan Tidak Singkirkan


Mengawali tahun 2014, banyak gejolak dan badai yang terjadi dalam kehidupan rohani saya. Tuhan sungguh tahu dan sangat tahu apa yang telah terjadi. Karena badai itu Tuhan datangkan untuk menghajar kelemahan saya yang terbesar yaitu: Mudah menghakimi orang yang berlaku munafik. 

Ya, ini adalah kelemahan terbesar saya, tetapi Tuhan tidak berdiam diri melihat kelemahan yang sudah terlanjur berkembang dalam diri saya, saya bersyukur kalau Tuhan masih mau mengijinkan saya untuk dihajar, karena dengan begitu berarti Dia masih tetap menjadi Bapa yang mengasihi saya dan Dia tidak ingin saya kehilangan 'panggilan hidup' saya dalamNya!

"Bapa Engkau sangat baik!" :)

Roh Kudus benar-benar ingin mengajar saya untuk membuang kelemahan ini! Saya percaya Dia akan terus memperbaiki dan membentuk saya menjadi bejanaNya yang indah.
Ini adalah cerita bagaimana, saya belajar mengatasi kelemahan saya tersebut...

Ceritanya...
Awal tahun 2014, saya mendapat sebuah ayat di 1 Timotius 4:7 yang bunyinya "Tetapi jauhilah tahayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah". Bagi saya ini adalah sebuah ayat yang sangat asing dan aneh untuk mengawali sebuah tahun... Yang terbersit dalam pikiran saya kala mendapat ayat itu adalah

"Tuhan apakah selama ini, saya tidak beribadah dengan benar? Apa maksudnya saya harus melatih diri untuk ibadah?"

Ada apa dengan saya, Tuhan?
Masa pertengahan tahun 2013 sampai tahun 2014 adalah masa pergumulan saya untuk berhenti melayani disebuah gereja, sebut saja gereja A (Saya sengaja tidak mencantumkan nama gereja tsb). Karena selama di gereja tersebut memang Tuhan banyak menambahkan pelajaran baru antara lain: Puji dan sembahlah Tuhan dengan segenap hatimu, lebih peduli dan mengasihi terhadap orang lain, integritas dalam segala hal, menemukan pasangan hidup bukan perkara main-main dan masih banyak pelajaran-pelajaran berharga lainnya. Tetapi saya menemukan diri saya terperangkap dalam perkara menghakimi.

Tuhan mengijinkan saya bertemu dengan orang-orang yang luar biasa! Mereka yang penuh integritas dan hikmat, mereka yang menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh, mereka yang sering berbahasa Roh, mereka yang peduli akan sesama. Tetapi Tuhan juga mengijinkan saya untuk melihat tiap individu dari hati mereka yang terdalam, kebiasaan mereka diluar gereja dan lain-lain. Disitu saya mulai kecewa terhadap ketua komsel yang tidak peduli akan masukan saya untuk lebih serius saat komsel (karena saya seringkali merasakan bagaimana Tuhan tidak benar-benar dihormati dengan terlalu banyak bercandanya tiap pertemuan komsel), terhadap ketua komsel lama yang mabuk, terhadap sesama teman komsel yang berpacaran tidak kudus, terhadap rekan sepelayanan yang kepahitan terhadap fulltimer dan rekan sepelayanannya, dan terhadap fulltimer yang dengan tanpa kasih menegur kesalahan orang, saya pernah dianggap sengaja membalas dendam terhadap seorang fulltimer karena saya murni salah dalam editing video. Dalam hal ini saya katakan saya adalah berdosa ketika menghakimi dan kecewa dengan anda. Saya meminta maaf pernah menyakiti kalian, tetapi marilah sama-sama kita tahu bahwa kita bisa memperbaiki ini semua. Tuhan Yesus mengasihi kalian dan saya, Dia ingin sesuatu yang lebih dari hidup kita yang sekarang, ibadah kita yang sejati adalah kehidupan kita tiap hari.

Masih dengan jelas tercatat dalam buku perjalanan saya dengan Tuhan bahwa saya pernah sekali dengan sengaja lari dari pelayanan di gereja A, karena saya sudah muak dengan setiap hal-hal diatas. , dan saya memutuskan untuk pergi ke Gereja B,  Dan disitu Tuhan berbicara dengan jelas melalui hambaNya tentang ayat di awal tahun yang saya dapatkan Bagaimana kita melatih diri kita beribadah.


Dari Firman itu, saya benar-benar tertegur bahwa there is no one perfect in this world, not even me. Everyone is accepted by His graceSaya mulai menyadari saya tidak boleh seperti ini, berlaku seperti anak kecil yang marah karena Tuhan membiarkan anak-anakNya yang lain tidak dididik. Saya harus belajar menerima orang lain seperti Tuhan mengampuni dan menerima mereka! Biarlah orang lain berbuat salah, jangan kita menghakiminya, kalau Tuhan buka kesempatan untuk kita menegur, tegurlah dengan kasih, jangan dengan amarah dan kekecewaan.


Lalu...
Sejak hari itu, saya tahu dengan pasti bahwa Tuhan suruh saya untuk tidak berdiam diri, tetapi meminta maaf pada mereka dan menyelesaikan ini semua. Saya masih menggumulkan hal ini selama kurang lebih beberapa minggu. Di masa-masa itu, saya sempat menerima pesan bergambar di Whatsapp dari seorang teman di gereja A tersebut. Pesan itu bertuliskan kata-kata dalam bahasa Inggris Karena kamu menghakimi kami, jadi kami tahu siapa sebenarnya kamu. Sempat saya terkejut dan hampir marah, tetapi Tuhan ingatkan saya Ampuni! Ampuni, Nak! Aku mengasihinya dan Aku juga mengasihimu. Saya hanya membalas pesan itu dengan ucapan thank you disertai sebuah smiley. Sungguh sebuah tantangan bagi saya untuk bertobat dan mengampuni mereka dan diri saya sendiri. Hari lepas hari, saya memikirkan bagaimana saya harus berkata kepada Pendeta, rekan sepelayanan dan fulltimer tersebut. Hanya suatu hal yang Tuhan inginkan dari saya...

"Mengakui kelemahan saya dihadapan mereka semua dan minta maaf"

Saya menghubungi pendeta dari gereja A tersebut, saya katakan I beg your pardon dst.. Saya juga meminta maaf untuk tidak bisa melayani di gereja tersebut, tetapi saya berjanji untuk ibadah di gereja tersebut kalau tidak pulang kampung. Saya ajak makan rekan-rekan sepelayanan saya, saya pamit kepada mereka semua dan saya meminta maaf. Sebuah hal yang sungguh berat bagi saya. Tetapi dari itu semua, Tuhan melepaskan saya dari virus kepahitan. Saya berdoa sampai sekarang mereka tetap mendapat perkenanan Tuhan dan dipakai untuk kemuliaanNya.

Sejak tahun 2014 kurang lebih di bulan Februari, saya resmi meninggalkan pelayanan di gereja A tersebut dan sampai sekarang sesekali saya datang untuk beribadah di gereja itu. Memang pernah terbersit di pikiran saya akankah saya kehilangan perkenanan Tuhan dengan keluar dari gereja A? Tetapi sekali-kali, Roh Kudus nyatakan tidak sama sekali! Manusia berkenan bukan karena digereja mana dia berada, tetapi karena Tuhanlah yang memberi perkenanan  dan Dia sangat menghargai hati yang mau belajar dan mendekat padaNya lebih lagi. Sejak saat itu juga, saya kembali beribadah di gereja di kota asal saya setiap minggu. Sampai detik ini, Yesus tetap ada didalam saya, dan saya merasakan panggilanNya untuk memenuhi destiny saya dalamNya.

Memang tidak mudah, beberapa bulan setelah itu Tuhan masih mempertemukan saya dengan beberapa orang yang merupakan mantan jemaat gereja A tersebut, Mereka dengan jujur menceritakan banyak hal negatif dan kekecewaan mereka terhadap orang-orang didalam gereja tersebut bahkan cerita dari awal sebelum gereja A ini terbentuk. Saya hanya bisa berkata kepada mereka,


Tiap gereja memiliki nilai positif dan negatif. Tidak ada gereja yang sempurna. Yang penting bukan bagaimana kita melihat negatifnya, tetapi bagaimana kita menjaga diri kita dari kekecewaan dan kepahitan. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk berubah, tetapi kita bisa memaksa diri kita untuk berubah menjadi lebih baik. Tuhan sayang kita dan mereka. Biar Tuhan Yesus yang berperkara dengan gerejaNya dan juga kita.

Membaca pengalaman saya diatas saudara, saya mengajak kita untuk tidak kecewa dengan siapapun di gereja dimana kita telah ditempatkan. Ada kalanya, memang Tuhan tempatkan kita ditempat yang sangat menyakiti kita tetapi ingat disana kita akan diproses begitu rupa supaya semakin gemilang. Pasir akan selalu menyakiti kerang, tetapi ingatlah dari gumpalan pasir yang menyakitkan itu terbentuklah mutiara yang indah.

Amsal 27:17 "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."


Matius 6:14-15 "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu"

Yesaya 2:11 "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu."

Matius 7:1-4 "Jangan kamu menghakimi , supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu."

Tuhan Yesus memberkati,


Salam Kasih,
















No comments:

Post a Comment

Saya rindu mendengar suara hati saudara juga. Let's bless each other.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...